Jumat, 30 November 2012

obesitas


Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara overweight ( kelebihan berat badan, kegemukan ) adalah keadaan dimana Berat Badan seseorang melebihi berat badan normal.
Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria.  Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.
Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
§ Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
§ Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
§ Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda. Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel. Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang mutlak, kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa wanita tampak seperti buah apel, terutama setelah masa menopause.
Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki risiko yang lebih tinggi. Gambaran buah pir lebih baik dibandingkan dengan gambaran buah apel.
Untuk membedakan kedua gambaran tersebut, telah ditemukan suatu cara untuk menentukan apakah seseorang berbentuk seperti buah apel atau seperti buah pir, yaitu dengan menghitung rasio pinggang dengan pinggul. Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar; lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul. Seorang wanita dengan ukuran pinggang 87,5 cm dan ukuran pinggul 115 cm, memiliki rasio pinggang-pinggul sebesar 0,76. Wanita dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 0,8 atau pria dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 1, dikatakan berbentuk apel .

A.                Tipe-tipe obesitas
Pada obesitas dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu berdasarkan bentuk tubuh dan berdasarkan keadaan sel lemak.
1.             Berdasarkan bentuk tubuh
a.              Obesitas berdasarkan bentuk tubuh
·                Obesitas tipe buah apel (apple shape), tipe seperti ini biasanya terdapat pada pria. Dimana lemak tertumpuk disekitar perut. Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi di bandingkan dengan tipe buah pear (Gynoid).
·                Obesitas tipe buah pear (Gynekoid), tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita, lemak yang ada disimpan disekitar pinggul dan bokong. Resiko penyakit yang dimiliki umumnya kecil.
·                 Tipe ovid (bentuk kotak buah), ciri dari tipe ini “besar di seluruh badan”. Tipe ovid umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik.

2.             Tipe obesitas berdasarkan keadaan sel lemak
·                Obesitas tipe Hyperplastik, terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak di bandingkan keadaan normal.
·                Obesitas tipe hypertropik, terjadi karena ukuran sel lemak lebih besar dibandingkan keadaan normal, tetap jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal.
·                Obesitas tipe hyperplastik dan hypertropik, obesitas terjadi karena jumlah ukuran sel lemak melebihi normal. Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik.

3.             Gejala-gejala terjadinya obesitas
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah difragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-parusehingga timbul ganguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu, sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.obesitas menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama didaerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga sering ditemukan kelainan kulit.
Seorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat di buang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakkan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
4.             Faktor-faktor penyebab terjadinya obesitas
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang di perlukan tubuh. Penyebab ketidak seimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor, sbb :
·                Faktor makanan, jika seseorang mengkonsumsi makanan dengan kandungan energi yang disimpan. Sebaliknya jika mengkonsumsi makanan dengan energi melebihi dengan yang di butuhkan tubuh, maka kelebihan energi akan disimpan sebagai cadangan energi terutama sebagai lemak seperti telah diuraikan di atas.
·                Faktor keturunan, penelitian pada manusia maupun hewan menunjukkan bahwa obesitas terjadi karena faktor interaksi gen dan lingkungan.
·                Faktor hormon, menurunnya hormon tyroid dalam tubuh akibat menurunnya fungsi kelenjar tyroid akan mempengaruhi metabolisme dimana kemampuan menggunakan energi akan berkurang.
·                Faktor psikologis, pada beberapa individu akan makan lebih banyak dari biasa bial merasa diperlukan suatu kebutuhan khusus untuk keamanan emosional (security food).
·                Gaya hidup ( life style) yang kurang tepat, kemajuan sosial ekonomi, teknologi informasi yang global telah menyebabkan perubahan gaya hidup yang meliputi pola pikir dan sikap, yang terlihat pola kebiasaan makan dan beraktifitas fisik.
·                Pemakaian obat-obatan, efek samping beberapa obat dapat meningkatkan berat badan, misalnya obat kontrasepsi.

5.             Cara pengukuran tingkat obesitas
a.              Pengukuran secara antropometrik
·                Body Mass Index (BMI), adalah sebuah ukuran “berat terhadap tinggi badan” yang umum di gunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori underweight ( kekurangan berat badan ), overweight ( kelebihan berat badan ) dan obesitas ( kegemukkan ). \
·                RLPP ( rasio lingkar pinggang dan pinggul ), untuk melihat timbunan lemak perut dapat di gunakan cara lain, yaitu dengan mengukur LP. Rumus yang digunakan cukup sederhana yaitu :
Sebagai patokkan, pinggang berukuran -+ 90 cm  merupakatanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita resiko tersebut meningkat bila lingkar pinggang berukuran -+ 80 cm.
·                Indeks BROCCA, salah satu cara lain untuk mengukur obesitas adalah dengan menggunakan indeks brocca, dengan rumus sebagai berikut :
Bila hasilnya :
90-100% = Berat badan normal
110-120% = Kelebihan berat badan (Overweight)
>120% = kegemukkan obesitas
·                Pengukuran secara laboratorik, a) BOD POD. b) DEXA (dual energy X-ray absorptiometry). c) Biolectric Impedancw Analysis ( analisa tehanan bioelektrik ).

6.             Mekanisme terjadinya obesitas.
Obesitas terjadi karena energi intake atau masukkan yang di dapat lebih besar dari energi expenditure. Apapun penyebabnya, yang menjadikan seseorang obesitas pada dasarnya adalah energi intake yang didapatkan dari makanan atau lainnya lebih besar dibandingkan energi expenditure.

7.             Dampak yang timbul akibat obesitas
Obesitas juga dapat meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:
a.              Penyakit jantung koroner
b.             DM tipe II
c.              HT
d.             Gangguan pernapasan
e.              Stroke

8.             Cara-cara penaggulangan obesitas
Dalam penanggulangan penyakit obesitas dapat di lakukan penanggulangan sbb :
a)             Merubah gaya hidup
b)             Konsultasi Masalah Kejiwaan
c)             Pemberian obat-obatan, Ada dua obat resep yang sudah di izinkan oleh food and drug administration (FDA) untuk pengobatan jangka panjang obesitas : sibutramine dan orlistat (Xenical).
d)            pembedahan

fungsi serat bagi kesehatan


Manfaat mengkonsumsi makanan berserat di dalam bidang kesehatan telah dikenal sejak tahun 1970, berkat jasa dua orang ilmuwan asal Inggris. Ketika itu, setelah mereka berdua lama bekerja di Afrika Selatan, mereka menemukan bahwa penyakit-penyakit yang banyak menyerang orang Eropa ternyata jarang menyerang orang Afrika yang pola makannya kaya akan makanan berserat. Kesadaran manusia awam untuk mengkonsumsi makanan berserat tinggi semakin meningkat, namun pengetahuan yang mendalam tentang serat makanan itu sendiri, fungsi serta mekanisme kerja serat bagi kesehatan tubuh masih sangat kurang.
                              Serat makanan sebenarnya adalah bahan yang menyusun dinding sel tanaman, karena itu hanya terdapat dalam bahan makanan asal tumbuh-tumbuhan. Berdasarkan jenisnya, dikenal dua macam serat, yaitu serat yang tak larut dalam air dan serat yang larut dalam air.
                              Makanan berserat juga merupakan komponen dalam tanaman tercerna secara enzimatik menjadi bagian-bagian yang dapat diserap di saluran pencernaan. Banyak sekali manfaat serat bagi tubuh kita. Beberapa makanan yang banyak mengandung serat diantaranya adalah jeruk, pepaya, sereal (padi-padian), dan sayuran.

FUNGSI SERAT UNTUK KESEHATAN
Ada beberapa fungsi serat bagi kesehatan yaitu:
  • Serat baik untuk menurunkan kadar kolesterol dan mencegah konstipasi (kesulitan buang air besar akibat feses yang terlalu kering, keras dan kecil): serat makanan yang tinggi mampu mencegah dan mengobati konstipasi apabila diiringi dengan peningkatan konsumsi air minum yang cukup setiap hari. Konsumsi banyak air setiap hari akan membantu kerja serat makanan dalam tubuh karena menyerap air ketika melewati saluran pencernaan, sehingga tekstur feses menjadi Lunak.
·         Serat tidak hanya membuat perut terasa lebih penuh, tapi juga mengurangi masalah pencernaan, termasuk memangkas resiko kanker kolon. Beberapa penelitian menunjukkan, dalam jumlah besar serat bisa membantu mengatur kadar gula darah dan insulin. Ini sebabnya, orang yang sering mengkonsumsi serat cenderung lebih langsing. . Bukti ilmiah menunjukkan bahwa serat makanan yang kental (Viscous fibres) seperti guar gum, pectin dan psyllium dapat menurunkan glukosa darah postpandrial dan respons insulin lebih konsisten daripada serat makanan yang tidak kental (unviscous fibres). serat yang dapat larut akan mempertahankan kandungan insulin serum yang rendah dengan cara menunda penyerapan glucose.
·         Asupan serat tinggi terbukti memperlambat timbulnya plak oleh kolesterol jahat tanpa mengurangi kadar kolesterol baik. Ini karena pangan tinggi serat umumnya rendah kandungan lemak jenuh dan kolesterol. menurunkan kadar kolesterol darah: polisakarida viskos secara signifikan menurunkan total kandungan kolesterol darah sebanyak 10-20% (khususnya LDL), tepai tidak merubah konsentrasi kolesterol HDL atau triacylglycerol. SDF Soluble dietary fiber mengikat substansi lemak dan mencegah penyerapannya dalam usus, sehingga secara effektif dapat menurunkan kandungan kolesterol darah.
·         Serat membuat makan jadi lebih lambat dan perut cepat terasa penuh, sehingga cocok untuk metode menurunkan berat badan dan mengkontrol kalori.
·         Adanya serat meningkatkan pelepasan enzim pencernaan dan mengatur hormon pankreas.
·         Serat yang cukup membantu kerja usus, mengurangi resiko divertikulosis, wasir, serta meningkatkan kecepatan melenyapkan zat-zat berbahaya dalam makanan.
·         Serat yang larut sangat lembut dan dapat menolong mereka yang mengalami iritasi pada usus.
·         bukti ilmiah menunjukkan bahwa serat makanan mampu mencegah terjadinya penyakit jantung koroner. Serat makanan yang terdapat pada sayur-sayuran, buah-buahan dan serealia mampu menurunkan resiko fatal penyakit jantung koroner sebanyak 55%. Dari semua jenis serat yang disebutkan, serat yang berasal dari sereal-lah yang paling kuat melindungi tubuh melawan penyakit ini.
·         Mekanisme kerja serat dalam mencegah hyperlipidemia sebagai berikut: a) serat makanan yang dikonsumsi menurunkan daya cerna lemak atau sterol dalam saluran pencernaan, sehingga lemak yang tidak tercerna ini kemudian dikeluarkan melalui feses; b) serat makanan meningkatan produksi dan penyerapan asam lemak rantai pendek khususnya propionate (akibat fermentasi serat oleh mikro flora usus besar). Propionat berperan penting dalam menurunkan kadar kolesterol serum dan menghambat sintesa kolesterol; c) serat makanan yang kental (viscous) dan makanan yang tinggi serat akan memperlambat penyerapan glukosa, sehingga level insulin darah yang rendah akan tepat terjaga. Peningkatan kadar insulin berkaitan dengan penyakit jantung koroner; d) serat makanan akan memperlambat penyerapan nutrisi, dan dalam jangka waktu yang lama dapat merubah morfologi usus dan penyerapan lemak. Peningkatan jumlah dan tempat penyerapan lemak dapat merubah pola sekresi lipoprotein.
  • Serat yang larut (SDF) seperti pectin dan guar gum yang terdapat dalam buah-buahan sangat membantu dalam mencegah timbulnya atherosclerosis (pengerasan pada arteri akibat penumpukan secara perlahan-lahan substansi lemak termasuk kolesterol pada dinding arteri) melalui penurunan kolesterol tinggi dan trigliserida, yang pada akhirnya dapat mencegah terjadinya penyakit jantung dan stroke;
·         serat dapat mencegah terjadinya diverticulitis (pembengkakan dari diverticula yang terjadi secara abnormal pada dinding usus besar akibat infeksi bakteri) dan kanker rectum. Pada saat melewati kolon (usus besar), serat makanan yang tidak dapat larut (IDF) membantu membersihkan dinding interior usus. Aksi pembersihan dinding usus ini dapat mencegah kanker rectum dan diverticulitis. Diverticulitis ini mengakibatkan rasa sakit dan diare.
·         penyakit guzi dan gigi: Semua makanan termasuk makanan yang kaya akan serat dapat meningkatkan jumlah saliva. Telah diketahui bahwa saliva mengandung zat-zat kima yang bersifat buffer yang dapat menstabilisasi pH di atas 7 di dalam mulut. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa mengunyah serat makanan seperti seledri sesudah makan dapat membantu memperbaiki gigi-gigi yang kekurangan mineral dan juga mengeluarkan sisa-sisa makanan yang terperangkap dalam gigi serta menetralisir asam pada gigi. Selain seledri, mengunyah permen karet (gum) yang rendah gula juga dapat meningkatkan kesehatan gigi karena dengan mengunyah gum jumlah saliva akan meningkat sebanyak 130%. Saliva sangat kaya akan agen pelindung oesophagus termasuk factor pertumbuhan epidermal, protein, mucin, proteins and prostaglandin E2. Penelitian membuktikan bahwa mengunyah permen karet rendah gula (sugarless gum) sesudah makan dapat menetralisir asam pada tenggorokan dan menghilangkan gejala penyakit gastro-oesophageal reflux (GORD).
Irritable bowel syndrome (adalah gejala-gejala seperti kram dan sakit pada perut, kembung, konstipasi dan diare akibat kontraksi abnormal pada usus besar yang terjadi akibat kurang mengkonsumsi serat dan air minum serta mengkonsumsi lemak secara berlebihan). Menurut kalangan medis, ada dua jenis IBS yakni IBS konstipasi (tidak buang air besar selama 5-7 hari) dan IBS diare. Penyakit ini dapat diatasi dengan mengkonsumsi makanan yang kaya akan serat, mengkonsumsi cairan (air minum) dalam jumlah yang banyak dan mengurangi konsumsi makanan berlemak. Kalangan medis membedakan IBS atas dua tipe, IBS konstipasi (selama 5 - 7 hari tidak buang air besar) dan IBS diare (nyeri perut, kembung, meningkatnya frekuensi buang air namun fesenya disertai dengan lendir). Pada jenisIBS diare, motilitas peristaltik usus terjadi sangat cepat sehingga isi kotoran dari usus besar cepat dikeluarkan. Akibatnya, air dalam kotoran belum sempat diserap, sudah harus dikeluarkan diselingi dengan rasa mulas. Sedangkan pada IBS konstipasi, gerakan peristaltik usus berjalan lambat, sehingga kotoran tertinggal terlalu lama dalam usus. Penyerapan air pun terlalu lama sehingga fesespun mengeras. Penyakit ini dapat diatasi dengan mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi disertai dengan konsumsi air minum yang banyak dan mengurangi konsumsi makanan berlemak.